oleh : Mike R. Sutikno
Mike Rini & Associates- Financial Counselling & Education
Penghematan selama ini selalu diidentikkan dengan pengurangan biaya, pemangkasan pos pengeluaran. Istilahnya mengencangkan ikat pinggang. Penghematan juga lebih sering dihubungkan dengan sikap pelit. Tidak heran banyak orang yang alergi dengan kata itu dan menganggapnya memalukan.
Bahkan jika dilakukan dalam kerangka perencanaan keuangan sekalipun, orang tetap saja enggan melakukan penghematan. Tampaknya ide mengurangi pembelanjaan demi meningkatkan kekuatan menabung nyaris mustahil diterapkan.
Padahal uang hasil penghematan bisa dialokasikan untuk mempersiapkan masa depan yang sejahtera. Karena itu harus dijaga agar jangan sampai berlebihan dalam melakukannya sehingga Anda tidak terjebak dalam kekikiran.
Coba Anda jawab pertanyaan ini untuk mengetahui apakah Anda termasuk tipe pembelanja yang hemat atau sebenarnya pelit. Mobil Anda akhirnya benar-benar rusak, sudah tidak bisa dipakai lagi. Apa yang akan Anda lakukan?
A. Mulai mencari berbagai model mobil yang sesuai dengan kebutuhan dan bujet Anda dan membandingkan kelebihan dan kekurangannya satu sama lain. Ketika sudah menjatuhkan pilihan, Anda berusaha mencari penawaran harga mobil dan pembiayaan terbaik.
B. Mencari mobil bekas yang masih bergaransi dengan indikator kilometer terpendek, sehingga tidak perlu keluar banyak uang untuk mengendarai mobil baru.
C. Bersepeda atau naik bus, walaupun menyulitkan mobilitas Anda dan sebenarnya Anda mampu membeli mobil.
Jawaban yang Anda pilih bisa mengindikasikan kecenderungan sikap hemat atau pelit. Jika Anda memilih jawaban A, artinya Anda cukup cermat mengatur uang dan bangga dengan hal itu. Sementara jika Anda memilih jawaban B, maka untuk hal tertentu Anda berhemat sedikit lebih banyak dari yang seharusnya, tetapi secara umum tidak pelit.
Nah, kalau Anda memilih jawaban C, tampaknya Anda memiliki alasan yang benar-benar kuat sehingga mau melewati batas kenyamanan, hati-hati Anda bisa dicap pelit.
Orang bilang hemat dan pelit beda tipis. Walaupun penghematan bertujuan baik, ia dengan mudahnya berubah menjadi 'terlalu hemat' yang berujung kekikiran dengan segala keburukannya. Namun, ini sangat bergantung pada bagaimana penghematan yang Anda lakukan membawa dampak baik atau buruk pada orang lain.
Hemat atau pelit terkadang juga bergantung pada bagaimana kita memandangnya. Misalnya, pandangan skeptis menyatakan bahwa pelit sebenarnya sebutan untuk orang hemat, apalagi jika perilakunya tersebut kurang disukai atau berlawanan dengan kebiasaan umum, orang-orang di sekitarnya atau lingkungannya.
Meskipun begitu pada dasarnya sikap hemat bisa jadi dan sering kali menjadi sebuah kebajikan, sebab menjaga Anda untuk bersikap hati-hati dan tidak boros dengan uang Anda.
Kekikiran adalah sifat buruk dan menghembuskan unsur jahat. Kata pelit sendiri 'menyiratkan pertanda kurangnya kedermawanan'. Pelit sering kali meminta atau menyimpan untuk kepentingan diri sendiri ketika kebanyakan orang justru terdorong untuk memberi.
Cegah kekikiran
Sifat pelit tidak pernah menjadi urusan diri sendiri tanpa membawa dampak pada lingkunganya. Garis besarnya begini, 'hemat adalah tindakan yang perlu saya lakukan untuk memiliki gaya hidup sesuai dengan kemampuan saya, sedangkan kikir adalah memaksa orang lain untuk mengikuti penghematan ala saya.'
Kalau kita amati tindakan kekikiran yang dilakukan oleh orang yang pelit seringkali terbukti merugikan orang lain. Seseorang yang kikir bisa pingsan jika harus memberikan tips kepada pelayan, berusaha keras mengembalikan barang-barang yang dibelinya setelah memakainya dan hobinya mengingatkan orang pada sedekah yang telah dia berikan.
Dia melakukan segala sesuatu untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya dan orang lain yang membayarnya. Kalaupun bersedekah dia memastikan orang lain mengingatnya.
Tidak bisa dipungkiri, dorongan untuk berhemat bisa ditunggangi dengan kekikiran. Untuk mencegahnya masukkanlah penghematan dan kedermawanan ke dalam bujet Anda. Syaratnya adalah dengan melakukan prioritas penggunaan uang agar total pembelanjaan tidak lebih dari penghasilan kita, inilah konsep berhemat yang sesungguhnya.
Dengan prioritas, kita menyaring apa yang perlu kita bayar dan mana yang kita tinggalkan. Termasuk anggaran beramal sekalipun perlu dianggarkan. Sebab nyaris tidak mungkin bagi Anda untuk mendermakan semua uang.
Saat seseorang menuduh Anda pelit, atau Anda sendiri merasa ragu apakah Anda memang benar seperti yang dituduhkan. Yang harus Anda pahami adalah bahwa pada dasarnya segala sesuatu memiliki definisi. Karena itu ada garis yang jelas yang membatasi antara melakukan penghematan dan pelit. Jika Anda sulit menemukan batasan- batasan tersebut, saran berikut ini mungkin bisa membantu Anda:
Evaluasi konsep kedermawanan. Ingat-ingat kembali kapan terakhir Anda harus berbagi, beramal, atau memberikan uang persenan/tip. Apa yang melatarbelakanginya, apa yang mendorong Anda melakukannya? Selami kembali perasaan Anda saat itu. Bagaimana dengan saat ini, akankah Anda melakukannya dengan cara yang berbeda? Jika Anda dituntun oleh semangat kedermawanan, pilihan Anda seharusnya sejalan dengan kata hati Anda.
Jika Anda merasa gusar, tidak terima, bahkan nyaris naik darah dengan 'konsep kedermawanan', mungkin sudah saatnya Anda mencari jawaban mengapa Anda merasa demikian, kepada apa atau kepada siapa sebenarnya Anda tujukan penolakan tersebut.
Buat perbandingan keadilan. Sudahkah saya berlaku adil? Apakah Anda memperlakukan orang lain sejalan dengan seperti apa Anda ingin diperlakukan? Atau apakah Anda melakukan sesuatu kepada orang lain yang Anda sendiri tidak ingin diperlakukan seperti itu? Apakah orang lain terpaksa harus membayar sementara Anda yang mendapatkan manfaatnya?
Anggaran dan kedua saran di atas mudah-mudah dapat membantu Anda membangun konsep penghematan dan kedermawanan Anda sendiri. Dengannya Anda tetap bisa memprioritaskan apa yang terbaik untuk Anda, tetapi dapat menjauhkan Anda dari segala bentuk kekikiran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar